Read What You Want

Label

My Instagram

Find me

Langsung ke konten utama

Pengalaman Konseling di Halodoc

Beberapa bulan ini lupa rasanya tidur dengan baik, dan sering dini hari baru bisa tidur. Banyak hal yang buat overthinking. Sampai akhirnya kemaren nyoba memakai jasa konsultasi psikolog online via halodoc.

Karena ini pengalaman pertama konsultasi, jadi sebelum download aplikasi Halodoc, aku baca-baca review dari orang-orang sudah pernah makai, dan dapat beberapa insight dari Quora. Sampai akhirnya aku mantap buat download dan book konsultasi dengan salah seorang psikolog. 

Sebenarnya sebelumnya udah nyoba nyari layanan psikolog, karena setauku di kampusku sekarang ada. Cuman setelah ku cari-cari cuman adanya offline, atau aku yang kurang teliti, entah. Pokoknya dari dulu penasaran, pengen minta pendapat professional tentang kondisiku sekarang karena ngerasa udah gak sehat banget, sering mikir macem2 juga.

Mau di bilang beberapa minggu yang lalu itu puncaknya, ya engga juga, karena sebelumnya bisa melewati yang lebih parah. Yah, I just want to try, siapa tau pikiranku bisa lebih jernih dalam memandang segala sesuatunya. Pernah karena saking buntunya, ada satu malam aku nontonin video-video tentang ruqyah, karena mungkin aja aku kerasukan jin, (jin yang disalahin wkwkwk)

Jadi kemaren itu udah berminggu-minggu aku sering susah tidur, bikin males beraktifitas, keluar kos cuman buat nyari makan, sisanya cuma  rebahan. Bingung ngapain, bingung mau mulai darimana. Padahal banyak hal penting yang mesti dikerjain. Akhirnya setelah baca-baca review dari orang-orang aku putuskan buat konsultasi online Halodoc.

Dari salah satu review, ada yang menyarankan untuk membuat note pertanyaan terlebih dahulu, karena waktu konsultasi yang terbatas, hanya 45 menit, maka membuat catatan akan membuat konsultasi lebih efektif. So, sambil nunggu donload aplikasinya selesai, aku bikin draft tentang hal-hal yang kualamin yang pengen ku ceritain, pokoknya semua hal yang bikin ngeganjal selama ini. Sebenarnya masalah-masalah in tuh udah sering ku ceritain ke pasangan, ke beberapa temen juga, cuman bentar-bentar muncul, kesel lagi, gak kelar-kelar.

Setelah selesai download aplikasinya, daftar, terus milih-milih psikolognya. Waktu kemaren aku dapat diskon pakai gopay, jadi dari normalnya 50rb, jadi cuman 35 rb. Jadi, rate psikolognya variatif dari 50 rb, 75 rb, dst. Tinggal sesuaikan sama kantong. Dan info di bio psikolognya juga cukup lengkap, misal alumni kampus mana, sudah praktek berapa lama, tingkat kepuasan dll. So, tinggal pilih.

Setelah memilih psikolog yang kita mau, bayar, nantinya akan di hubungkan via chat room. Jadi pengalaman kemaren, setelah perkenalan, aku langsung paste catatan yang sudah kusiapkan sebelumnya, tapi karena saking numpeknya uneg-uneg, aku sambil tetap ngetik ina ini itu. Terus karena dokternya gak merespon, aku jeda buat nunggu respon dari dokternya. Akhirnya direspon sama dokternya dengan ngerangkum keluhanku, terus ditanya ada perasaan yang mungkin selama ini ditahan engga. Pas ditanya gitu mikir agak lama, soalnya selama ini mikir sumber masalahku cuman itu2 aja, terus ku jawab engga ada.

Saran dari psikolognya yang bisa ku rangkum di antaranya.
- Perasaan marah, kesal, kecewa itu hal yang wajar, akan tetapi harus dikelola dengan baik, jangan ditahan ataupun dibiarkan berlarut-larut.
- Beri waktu untuk lebih mengenali diri kita lagi
- Kita gak bisa mengatur respon orang lain, yang bisa kita kendalikan adalah hati dan pikiran kita
- Saat bertemu dengan orang baru, pasti ada kelebihan dan kekurangannya, coba kenali dan terima baik kelebihan maupun kekurangannya. Hal ini bisa dimulai dengan mengenali dan menyayangi diri terlebih dahulu.

Untuk mengelola perasaan-perasaaan negatif tadi, dan mengurangi atau mengurai emosi selama ini numpuk atau ditahan bisa melakukan self-talk, dengan cara:
1. Tulis emosi negatif apa saja yang dirasakan
2. coba rasakan, terima dan maafkan
3. lepaskan emosi dengan mencoret atau merobeknya
4. Tulis hal-hal positif lawan dari yang ditulis seblumnya atau hal-hal positif yang dimiliki atau sudah lakukan atau harapan positif di lembar baru
5. Coba rasakan, yakinkan diri mampu atau layak mendapatkan hal-hal positif tersebut.

kemudian buat mengurangi rasa cemas, bisa coba relaksasi
1. Ambil posisi relaks
2. Tarik napas perlahan (4 hitungan)
3. hembuskan perlahan (8 hitungan)
4. fokus dan nikmati aliran napas
5. Lakukan hal ini 10-15 menit

Ingat hal-hal baik, dan harapan-harapan positif, serta keinginan, ajak diri mungkin sedikit memaksa diri untuk melangkah, tapi ini akan membantu perlahan.

Mungkin itu beberapa hal yang dapat ku rangkum dari hasil konsultasi kemaren. 

Beberapa menit sebelum konsultasi berakhir, akan ada pemberitahuan kalau konsultasi akan berhenti otomatis pada pukul sekian, jadi sebelum waktunya habis, aku memutuskan untuk mengucapkan terima kasih kepada dokternya, dan dokternya juga ngasih afirmasi positif dan harapan-harapan lain. kemudian konsultasi ditutup dengan catatan dari dokternya.





Setelah dapat catatan dari dokternya, tiba-tiba ngerasa gak parah-parah amat engga sampai didiagnosis macem-macem,hehee tapi tetap jangan ngeremehin kesehatan mental kita. Tetap berusah buat nyari bantuan , minimal cerita ke teamn atau orang yang bisa kita percaya kalau ada masalah.
Mungkin aku gak bisa memastikan keakuratan diagnosis dokternya, karena konsultasi online dan waktu yang terbatas tentunya akan mempengaruhi. Tapi konsultasi online bisa jadi alternatif.

Well, honestly kalau dibilang puas, engga terlalu. Tapi setidaknya aku dapat pengalaman baru dan perspective baru dari masalah yang selama ini ngeganjal. Kalo selama ini cerita ke teman, responnya kalau engga disabarin, dikomporin wkwkwk, setidaknya saran dari seorang profesional bisa lebih objective. Aku baru tau kalau hal-hal negatif atau perasaan-perasaan negatif yang kita rasakan itu hal yang normal, jangan denial atau pura-pura engga apa-apa, pura-pura baik baik aja padahal engga. Perasaan-perasaan tadi normal, cukup kita kenali, terima lalu kita kelola dengan baik. Kalau kesal dengan orang jangan berlarut-larut, belajar lebih lapang dada buat nerima kelebihan maupun kekurangan orang lain, coba buat lebih mengenali dan menyayangi diri sendiri lagi. Soal bagaimana orang lain merespon dan bersikap dengan kita, engga bisa kita atur, yang bisa kita atur adalah bagaimana otak dan hati kita meresponnya. That's it.

29 years old woman who still struggling to find out what she really wants in her life

Komentar

Latest Posts

A Letter for myself

Menjadi Medioker